Berita Info Togel Online, Cerita Panas Dewasa Terbaru

Kumpulan agen judi togel online terpercaya

Vipaduq

Breaking

Togel Online Togel Online

Selasa, 19 November 2019

Saya Disuruh Untuk Memuaskan Istri Orang Yang Lagi Ke Sepian Di Tinggal Pergi Lakinya

Saya ingin menceritakan kenasiban di masa lalu saya ketika baru tumbuh menjadi anak laki-laki. Saya hanya sanggup mengingat kenasiban saya dengan cara lebih lengkap sejak saya berusia 16 tahun.

Dalam usia itu saya baru kelas 2 SMP di suatu  desa yang berada di pelosok, jauh dari keramaian dan kenasiban modern. Rumah saya hanya terbuat dari dinding aenjoy bambu, lantai tanah dan letaknya terpencil di luar kampung.

Kami keluarga miskin, mungkin apabila menurut ukuran pemerintah merupakan keluarga yang nasib di bawah garis kemiskinan. Aku tinggal bersama emakku yang aku panggil simbok dan nenekku yang aku panggil mbah. Kita terbukti hanya bertiga.

Mbok cerai dari Bapak sejak aku lulus SD. Aku tak tahu apa penyebabnya, tetapi yang kurasa, Bapak berangkat meninggalkan rumah dan hingga kini tak tahu kondisinya. Mbah menjanda telah kurang lebih 5 tahun sebab kakek meninggal.

Memuaskan  Bini Orang

Aku ingat Mbah kakung (kakek) meninggal waktu aku tetap SD. Jadi hanya aku lah laki-laki dirumah itu, yang wajib mengerjakan semua pekerjaan laki-laki. Sementara mbok mencari nafkah dengan memburuh tani bersama mbah. Keduanya tetap energik.



Ketika umurku 16 tahun mbok tetap umur 29 tahun dan mbah 42 tahun. Umur segitu kalau di kota besar tetap termasuk belum tua, tapi di kampung telah termasuk uzur. Tetapi kedua mereka dikaruniai badan yang langsing dan menurut istilah Jawa, singset.

Mbokku mewarisi ibunya berbadan langsing. Walau kedua mereka telah memasuki usia tua menurut ukuran kampung, tetapi tubuh bereka tak bergelambir lemak, atau singset.

Wajah mereka biasa-biasa saja tak terlalu cantik, tetapi juga tak jelek. Biasa saja lah orang kampung, Cuma wajahnya bersih dari noda bekas jerawat. Sepengetahuanku mereka tak terlalu repot menjaga tubuh dan wajah, sebab makan hanya apa adanya dan mandi juga biasa tak sempat dilulur dan sebagainya.

Baik mak maupun mbah, tumit kakinya kecil dan betisnya langsing. Ini menjadi perhatianku seusai aku dewasa dan mengenal ciri-ciri wanita yang pandai memuaskan suami.

Agak melenceng sedikit. Kebiasaan di desa kita merupakan setiap rumah mempunyai kamar mandi yang disebut sumur berada di luar rumah dan umumnya agak jauh di belakang rumah. Tak jauh dari sumur tersedia tempat buang hajat besar.

Sumur dan wc nayris tak berdinding penghalang. Yang ada hanya bangunan celah sumur yang bibirnya ditinggikan kurang lebih 1 meter, lalu tonggak-tonggak kayu untuk menggantung baju dan handuk.

Di kurang lebih sumur dan wc ditumbuhi oleh tanaman rumpun sereh dan tanaman semak yang rimbun jadi agak terlindung. Aku sebagai laki-laki rutin bertugas menimba dan mengisi air ke ember-ember untuk mandi, cuci piring dan cuci baju. Ritual mandi biasanya diperbuat pada pagi hari ketika mata hari mulai agak terang kurang lebih pukul 5 pagi.



Telah sejak kecil aku terbiasa mandi bersama orang tuaku. Tak ada rasa malu, jadi kalau kita mandi tak menggunakan basahan, atau sarung. Kita mandi telanjang bulat. Mungkin bedanya kalau orang kota mandinya berdiri di bawah shower atau bergayung ria atau tiduran di bath tub. Kalau kita orang desa mandi biasanya jongkok. Hanya berbagai saat saja berdiri untuk mebilas semua tubuh seusai bersabun.

Di usiaku 16 aku baru mulai berminat dengan bentuk badan lawan jenis. Yang dapat aku lihat hanya simbok dan mbah saja. Mbok badannya langsing dan kulitnya kencang, payudaranya tak besar, kakinya juga langsing.

Di usianya yang hampir memasuki kawasan 30, teteknya tetap kencang membusung. Mungkin sebab ukurannya tak besar jadi buah dadanya tak mengelendot turun. Jembutnya lumayan lebat, rambutnya sebahu yang rutin diikat dan digelung.

Simbah badannya tak jauh dari mbok, dan tingginya juga sama kurang lebih 155 cm, Cuma teteknya sedikit agak turun, tapi tetap kelihatan indah. Jembutnya juga tebal. Badannya walau kelihatan lembut, tetapi perkasa sebab mungkin pengaruh warna kulit yang termasuk sawo matang. Tetek mbah kayaknya sedikit lebih besar dari simbok. Perut Mbah agak tak sedikit tertutup lemak, jadi tak serata perut mbok.

Aku kenal betul seluk-beluk kedua body mereka sebab setiap hari pagi dan sore kita rutin mandi bersama, telanjang bersama dalam waktu yang lumayan lama. Apabila pagi hari tidak hanya mandi mbok dan simbah mencuci pakaian dan peralatan makan semalam. Berhubung tugasku menimba air maka aku tetap berada di posku hingga seluruh pekerjaan mereka berakhir. Apabila sore mandinya lebih cepat sebab agenda selingan hanya cuci piring.

Mohon pembaca jangan protes dulu, sebab sekolah kita di desa memundurkan waktu masuk menjadi jam 8 dengan pertimbangan murid-murid umumnya memerlukan waktu untuk menolong pekerjaan rumah tangga di pagi hari dan memberi peluang terhadap murid yang tinggalnya kurang lebih sejam jalan kaki dari sekolah.

Seingatku sejak aku sunat di umur 12 tahun, atau selepas lulus SD tak jarang kali aku malu sebab penisku tak jarang berdiri kalau pagi-pagi ketika mandi bersama. Sebetulnya penis berdiri sejak aku bangun pagi, hingga mandi dirinya tak surut-surut. Mbok sih cuek-cuek aja, tetapi si mbah tak jarang mengolok-olok, bahkan kadang-kadang menampar pelan penisku dengan menyuruh “tidur”.

Mulanya aku tak malu, tapi sejalan bertambah umurku, penisku makin besar dan di kurang lebihnya mulai ditumbuhi bulu. Anehnya si mbah yang rutin memberi perhatian lalu mgomong ke simbok.

Mbok ku lalu menimpali, “ cucumu telah mulai gede mbah,” katanya.

Aku susah mengendalikan penisku, kalau telah berdiri, dirinya susah di layukan, walau aku sirami air dingin. Yang bikin makin menegangkan, si mbah kadang-kadang memegang-megang penisku seakan-akan mengukur perkembangannnya, Si mbok juga disuruh Mbah merasakan perkembangan penisku.

Meskipun kedua mereka merupakan orang tua ku kandung, tetapi namanya dipegang tangan perempuan, naluri kelaki-lakianku bangkit. Penisku jadi makin mengeras.

Kadang-kadang aku berusaha menghindar sebab malu, tetapi rutin dicegah oleh mbah dan menyuruh aku diam saja. Dibandingkan emak ku, mbah lebih agresif. Di usia 16 tahun aku telah mempunyai tubuh semacam pria dewasa. Tinggiku lebih dari 165 cm dan penisku telah kelihatan gemuk dan keras dan agak panjang kurang lebih 17 cm.

Sebetulnya dengan aku sebesar itu telah tak layak bersama emak dan mbahku mandi telanjang bersama. Tapi sebab telah terbiasa sejak kecil, aku tetap saja dianggap tetap anak-anak.

Entah layak disebut bagaimana, sialnya atau untungnya, embahku makin suka mempermainkan penisku. Kadang-kadang tangannya dilumuri sabun lalu dikocoknya penisku agak lama lalu dilanjutkan dengan menyabuniku.77.104.158.154

Emak juga kadang-kadang ikut-ikutan embah, walau penisku telah berlumuran sabun, dirinya ikut mengocok dan merabai kantong semarku. Rasanya birahiku terpacu dan rasanya nikmat sekali. Makanya aksi mereka itu aku biarkan. Bahkan apabila mandi tanpa ritual itu, aku yang rutin memintanya.

Tapi seingatku walau dikocok-kocok agak lama kok aku waktu itu tak ejakulasi. Aku sendiri belum mengenal tutorial meperbuat onani, maklum anak desa, yang jalan masuk info ke dunia luar tetap sangat terbatas.

Entah gimana awalnya tetapi seusai tak jarangnya aku dikocok-kocok kita jadi tak jarang mandi saling menyabuni, aku menyabuni seluruh tubuh mak ku dan mbahku. Dalam mengusap sabun pasti saja aku bebas menjamah seluruh tubuh mereka.

Aku bahagia mencengkram tetek dan memelintir pentil susu. Juga bahagia mengusap-usap jembut dan menjepitkan jari tengahku ke sela-sela memek. Mungkin itu naluri yang menuntun semua gerakan. Sumpah, aku tak tahu wajib bagaimana memperperbuat perempuan pada waktu itu.

Tetapi kesannya mereka berdua bahagia, lihat link kami 77.104.158.154 bahkan badan mereka tak jarang dirapatkan dan memelukku, jadi penisku yang menjulang tegang kedepan rutin menerjang tahap pantat atau tahap atas memek. Mbah kadang-kadang menundukkan penisku supaya masuk ke sela-sela pahanya sambil memelukku erat. Posisi itu paling aku suka jadi terhadap makku juga aku perbuat begitu.

Mereka kelihatan tak keberatan atau oke-oke saja. Saya pun tak tahu pada waktu itu bahwa berhubungan badan itu memasukkan penis ke dalam celah memek.

Aku tak jarang dipuji mbah dan itu dikatakan terhadap mak ku. “ anak mu ini luar biasa lho nduk (panggilan anak perempuan jawa), kayaknya dirinya kuat.”

Semakin terang aku tak mengerti yang dimaksud kuat. Kala itu kupikir yang dimaksud kuat merupakan performaku menimba air, membelah kayu bakar dan membawa beban-beban berat.

Mbah ku dan makku tak kawin lagi seusai mereka berpisah dengan suaminya. Aku tak sempat menanyakan alasannya, sebab aku rasa lebih enjoy nasib bertiga gini dari pada wajib menerima keberadaan orang luar. Padahal yang naksir mbah, apalagi emakku lumayan.

Suatu hari kemudian aku dipanggil emakku seusai mereka berdua berkata berbisik-bisik di kamar Aku waktu itu sedang asyik meraut bambu untuk membikin layangan di teras rumah. Emakku duduk di sampingku.

“Le (Tole istilah panggilan anak laki-laki Jawa), kalian kelak malam tidur dikamar bersama mbah dan simbok.” kata mak.

“Ah gak mau , kan tempat tidurnya sempit, kalau tidur bertiga,” kataku.

Tempat tidur mereka sebetulnya hanya dua kasur kapuk yang dihampar diatas plastic dan tikar di lantai. Tetap ada ruang untuk menggelar tikar tambahan di segi kiri atau kanannya. Jadi apabila ditambah satu bantal, dapatlah untuk tidur bertiga, dengan catatan seorang diantaranya tidur di tikar.

Selama ini aku tidur di balai-balai bambu di ruang tengah. Di desaku disebut amben bambu. Tak ada persoalan tidur di amben walau tanpa kasur. Aku tidur hanya beralas tikar dan dikawani bantal kumal dan sarung.

Aku bertanya-tanya, tetapi tak dijawab mak atau mbah, kenapa malam itu aku wajib tidur seranjang dengan mereka. “Udahlah turuti saja, jadi anak yang penurut, jangan suka terlalu tak sedikit tanya,” nasihat mbahku.

Saking polosnya aku, yang terbayang dalam benakku merupakan kelak malam aku akan tidur bersempit-sempitan dan bersenggolan. Aku paling tak bahagia apabila tidur bersinggungan dengan orang lain. Tak terlintas sedikitpun pikiran yang negatif. TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.