Di sana setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama, berenang, latihan diving, serta mengawetkan kegembiraan mereka sekeluarga memakai kamera gambar serta handycam. Tapi di hari ketiga, Nina merasa kecapaian serta tidak ikut suami serta dua anaknya bepergian. Ia memilih diam di kamar hotel untuk istirahat. Pagi-pagi benar, Rahmat, serta Riko-Riki pergi untuk menikmati indahnya pulau-pulau kecil di kurang lebih kawasan wisata itu yang wajib ditempuh dengan menyeberang perahu boat selagi setengah hari.
“Ya telah mami tinggal saja di hotel, istirahat.. paling besok kami telah balik,” kata Rahmat saat hendak berangkat..Klik Di Sini 77.104.158.154
Ia mengerti benar stamina istrinya tidak lebih fit kalau wajib menyeberang memakai boat. Riko serta Riki mencium pipi mamanya sebelum pergi. Hotel N tempat mereka menginap jauh dari pemukiman penduduk. Tempatnya terbukti sangat enjoy untuk berlibur menghapus suntuk, dengan rindang pepohonan di kurang lebih hotel serta panorama pantai yang berpasir putih. Hanya saja, keluarga Rahmat datang ke sana saat bukan musim libur, serta suasana hotel terbukti sedang sepi tamu.
Ini juga yang membikin pengelola hotel memperperbuat keluarga Rahmat dengan cara spesial supaya mau menginap lebih lama di sana. Sebab mereka menyewa dua kamar, satu untuk mereka serta satunya untuk anak-anak. Nina bangun kurang lebih pukul 11 siang, badannya telah lebih segar dengan istirahat yang cukup. Ia lalu mandi serta menyantap sarapan yang diantar sedari pagi.
Nina termasuk wanita cantik yang di usia ke 35 tubuhnya terus menggairahkan dari segi seksual. Payudaranya 36D serta tubuh tinggi montok berisi dengan pantat yang seksi dibalut kulit putih bersih. Tidak sedikit yang bilang wajah serta perawakan Nina mirip bintang film Mona Ratuliu. Seusai menikmati sarapannya, Nina mencoba rileks di sofa melihat televisi. Nina mengenakan kaos oblong putih serta celana singkat longgar supaya lebih enjoy.Klik Di Sini 77.104.158.154
Tayangan kuliner di televisi hampir membikin Nina yang berbaring di sofa terlelap lagi, tapi ketukan pintu kamar menyadarkannya. Salman (40) serta Rusdi (28), dua orang petugas Hotel itu berdiri di muka pintu saat Nina membukanya.
“Maaf mengganggu bu,” kata Salman ramah. Rusdi berdiri di belakang Salman.
“Oh nggak apa.. ada apa ya?,” tanya Nina.
“Tadi pagi kami dipesan pak Rahmat, disuruh mengecek kemari, katanya ada gangguan kerusakan di shower serta saluran pembuangannya?,” jawab Salman.
Salman lalu mengetahuikan diri kalau ia serta Rusdi merupakan petugas hotel yang bertanggungjawab apabila ada keluhan kerusakan fasilitas hotel.
“Ehm.., oh iya. Tadi sempat ke sini ya? Maaf ya saya bangunnya siangan.. ayo silahkan masuk pak,” Nina baru ingat tadi pagi sempat ngomel-ngomel sebab kerusakan di kamar mandi hotel.
Nina menyilakan dua petugas hotel itu masuk. Tidak disangka saat itulah niat bobrok dua petugas hotel serta peluang yang terdapat di saat Nina seorang diri, membikin Nina diperkosa di kamar sewaan keluarganya.
Pengakuan Nina:
Rahmat, suami Nina bersama anak mereka, Riko serta Riki kembali ke Hotel N dua hari kemudian seusai menikmati keindahan pulau-pulau kecil di seberang kawasan pariwisata itu. Malam hari seusai Riko serta Riki masuk ke kamar mereka serta tidur, Rahmat mencari tahu apa penyebab istrinya bermuram muka sejak mereka kembali ke Hotel.

“Mama tetap sakit ya?, kok diam terus dari tadi,” tanyanya pada Nina.
“Nggak papa, mami telah sehat. Tapi selagi papa serta anak-anak pergi….,” Nina tidak melanjutkan ceritanya. Ia tengkurap di ranjang dengan raut kecewa, sementara Rahmat dengan sabar menantikan jawaban istrinya itu.
“Ayo teruskan mama, ada apa sebetulnya?,” Rahmat penasaran.
“Mama diperkosa pa…mama diperkosa oleh dua petugas hotel ini…dan kini mereka telah kabur,” isak Nina menjadi-jadi.
Nina pun bercerita bagaimana dua petugas hotel itu datang ke kamar untuk membenahi shower. Tetapi saat kamar tertutup, mereka menangkap Nina serta mengikatnya. Mulutnya disumpal kain serta matanya juga ditutup ikatan sapu tangan. Lalu, mereka memperkosa Nina berkali-kali.
“Apa..??,” Rahmat terkejut bukan main mendengar istri tercintanya digauli dengan cara paksa oleh dua petugas hotel. Ia berusaha menghibur Nina supaya tidak trauma, serta berjanji segera mengabarkan kejadian itu ke kantor polisi esok harinya.
*********************
Rekaman Handycam
Rahmat sangat terpukul mendengar cerita istrinya. Seusai menenangkan Nina serta membiarkan ia terlelap, Rahmat kemudian keluar kamar hotel menuju tepian pantai untuk menyepi sambil merencanakan mengabarkan persoalan tersebut esok paginya. Tapi, sebelum keluar kamar Rahmat menemukan handycam milik Riko, anaknya tergeletak di dekat pintu kamar hotel. Handycam itu tidak dibawa ketika Rahmat bersama dua anaknya melancong ke pulau–pulau kecil dua hari lalu. Ia lalu memungut handycam itu serta membawanya keluar.
Di tepi pantai yang sepi itu, Rahmat melamun panjang memikirkan hidup keluarganya. Pergi berlibur untuk melepaskan beban dari himpitan kerja serta hiruk pikuk kota, justru membawa problem yang sangat berat serta aib. Tangannya iseng menghidupkan handycam untuk mengambil gambar bintang di langit malam itu. Tetapi niat ia urungkan sebab pita kaset nyatanya penuh. Penasaran, Rahmat kemudian merewind kaset serta memutarnya untuk melihat isinya.
Mata Rahmat terbelalak saat rekaman handycam tertayang di LCD handycam. Nyatanya isinya merupakan adegan pemerkosaan yang menimpa Nina, istrinya. Nina dalam kondisi terikat, masing-masing tangannya diikat di pojok segi ranjang membikin posisi Nina terlentang dengan kaki terbuka.
Ia hanya mengenakan celana dalam serta bra berwarna biru muda, sementara mata serta mulutnya tertutup erat dengan ikatan sapu tangan. Tubuh Nina yang putih mulus meronta-ronta di atas ranjang seolah menuntut dilepaskan. Suaranya hanya ehmmm…ehmmm… semacam berteriak, tapi tidak bisa lepas sebab mulutnya tersumbat.
“Ha.. ha.. ha.. ini dia.. tante girang yang telah nggak tahan di atas ranjang,” suara seorang pria terdengar dalam rekaman itu.
Rahmat mengetahui suara itu, ya suara itu tidak lain dari Rusdi, bujangan petugas hotel. Nampaknya ia yang memegang handycam serta mengambil gambar Nina di ranjang.
“Eng.. ing.. eng… ini dirinya gigolonya…,” kata Rusdi, di saat yang sama timbul gambar Salman petugas hotel lainnya.
Salman hanya memakai kolor putih, di baliknya nampa penisnya yang mulai menonjol tegang. Salman menyeringai di kamera sambil lidahnya menjilati bibir sendiri seakan hendak menyantap makanan lezat.
Salman naik ke ranjang di mana Nina terikat. Ia berlutut di antara kaki Nina sambil tanganya mulai mengusapi kaki mulus Nina. Nina memberontak meronta-ronta, teriakan tertahan terdengar keras.
“Eit.. eit… percuma tante… lebih baik tante nikmati saja, ketimbang melawan ntar malah sakit lho.. he..he..he..,” ejek Salman dengan tidak jarangai mesumnya.
Salman terus meraba Nina mulai dari kaki, paha, perut, serta saat ini tangannya mulai menjalar ke payudara Nina yang tetap terbungkus bra. Nina terus meronta berusaha melawan, tetapi percuma sebab ikatan di tangan serta kakinya sangat kuat memakai tali plastik jemuran, terus kuat ia meronta justru membikinnya terus sakit pada pergelangannya.
“Tidak lebih aj”, pikir Rahmat saat menyaksikan adegan itu di handycam, tubuhnya bergetar menahan amarah.
Rasanya ia ingin sekali menemukan petugas hotel itu serta menghajarnya habis-habisan. Rahmat melanjutkan menyaksikan adegan di LCD handycam, saat ini tangan Salman mencabik paksa bra istrinya itu hinga tanggal. Payudara montok Nina hingga tergoncang-goncang. Pemandangan itu membikin Salman makin bernafsu serta seketika bibirnya mulai menjelajahi payudara Nina, bergantian, satu dihisap satu diremas-remas.
“Ehmmhhkk… ehmhkkk…jangan!!” Nina terus meronta berusaha melawan, tapi Salman tidak peduli serta terus meperbuat aksinya menikmati payudara wanita cantik itu.
“Eihh.. tenang aja tante.. kelak juga wenak..,” kata Salman sambil tanganya memberi kode ke kamera supaya mendekat.
“Waduh.. ini bayi tua lagi netek nih…, cucu mamah gede sih,” suara Rusdi terdengar dalam rekaman, sementara adegan itu diclose-up, nampak jelas bagaimana lidah Salman bermain di putting susu Nina, sesekali dihisap dengan keras, lalu dijilati lagi pelan perlahan.
Handycam di tangan Rusdi juga merekam jelas bagaimana putting susu Nina perlahan-lahan mengeras seusai menerima jilatan serta hisapan Salman.
Handycam kemudian diarahkan Rusdi ke tahap bawah, merekam tangan kiri Salman yang mulai menggerayangi CD Nina. Gambar kkembali diclose-up, pinggul Nina bergerak kencang berusaha menghindari sentuhan Salman, tetapi percuma. Jemari-jemari kekar Salman mulai menyusup ke balik CD serta menggelitik klitoris Nina, sementara di tahap atas yang tidak terekam kamera bisa dipastikan Salman makin bergairah menghisapi susu Nina. Rusdi menjauh serta mengambil gambar utuh. Salman bergerak membuka penutup mata Nina, lalu ia mencabik CD Nina serta menjilatinya beberapa kali.
“Ha.. ha.. ha.. telah kubilang, tante tentu suka. Ini buktinya cairan memeknya telah mulai netes. Makanya jangan melawan ya,” Salman menghisap celana dalam Nina di tahap tengah yang ada bercak basahnya, lalu menghempasnya ke arah kamera.
Rusdi mengclose-up wajah Nina. Mata Nina melotot marah serta mulutnya yang tetap tertutup ikatan sapu tangan mengeluarkan suara tertahan semacam membentak protes.
“Waduh.. si tante makin galak makin seksi nih.. ayo embat aja kang.., ntar gantian kita.., ” suara Rusdi menyemangati Salman.
“Santai aja Rud.. makin galak makin asyik rasanya. Kini kami lihat tetap galak nggak kalau itilnya diisapin…. Ayo ke siniin kameranya biar lebih jelas gambarnya,”
Salman meremas susu Nina serta menjawil dagunya, Nina terus marah, lalu Salam mengarahkan kepalanya ke selangkangan Nina. Handycam di tangan Rusdi mendekat ke selangkangan Nina. Jemari Salman membelai-belai vagina Nina yang telah telanjang penuh, sementara Nina tetap berusaha melawan serta meronta-ronta. Bibir vagina Nina direngkah dua jemari Salman hingga terbuka, warnanya merah muda serta mulai basah lantaran klitorisnya dimainkan jemari Salman.
“Ini itil namanya frend.. makin digosok, tante makin kenikmatan… nggak tahan.. ha ha ha…,”suara Salman bergairah, sementara gambar di LCD menunjukkan jempolnya menekan serta menguyak klitoris Nina.
Bibir Salman kemudian mendekat ke vagina Nina, lidahnya mulai menjulur menjilati klitorisnya. Telapak tangannya menekan tahap atas vagina Nina yang ditumbuhi bulu halus tercukur rapi.
“Hmmm.. sedep bener nih tante. Wangi…nggak ada aroma terasinya memeknya nih, ga kaya *****-***** di gang itu…he he. Rud kau suting mukanya tante pas aku mainin itilnya ya..,” Salman kembali menjilati vagina Nina, hari ini sambil dihisap-hisap.
Rusdi mereka ekspresi Nina. Matanya saat ini terpejam serta mulutnya yang tersumpal tetap berusaha teriak, tetapi tubuhnya telah lemah tidak sanggup meronta lagi. Tenaga Nina telah terkuras sebab berusaha melawan ikatan di tangan serta kaki.
“Ehmmhh.. ehmmmhhpp.,” suara Nina melemas juga, rontanya justru menjadi gemulai membikin Salman makin nafsu menghisap vaginanya. Jilatan-jilatan lidah Salman di vagina Nina membikin pikirannya bercabang. Ia mulai merasakan kenikmatan yang tidak mungkin dihindari, dengan cara naluriah ia jelas sangat menikmatinya, tetapi dengan cara moral, bagaimanapun ini perkosaan, apakah layak ia menikmatinya?
“Ehmm.. kenapa tante? Nikmat ya?,” suara Rusdi bertanya sambil wajah Nina di close-up. Nina melotot sambil berusaha membawa kepalanya, ia berusaha berteriak lagi, memprotes gambarnya direkam Rusdi.
Rahmat terus marah melihat adegan itu. Dalam hatinya ia menaruh dendam kesumat pada Salman serta Rusdi yang mengerjai istrinya. Tapi adegan demi adegan yang dilihatnya di layar LCD handycam juga membikinnya terus penasaran.
Rusdi tiba-tiba melepaskan sapu tangan penutup bibir Nina. Tapi Nina justru terpejam serta tidak mengeluarkan sepatah kata pun, apalagi teriakan.
“Ayo tante.. mau marah apa? Mau ngomong apa.. ayo teriak lagi?,” suara Rusdi meledek Nina.
“Ehmm.. jangan… amphuunnn.. jangan disuting… amphunnn,” suara Nina memelas dengan nafas yang mulai berat serta mulai terangsang.
“Ampun kenapa tante..?,” suara Rusdi kembali menggoda.
“Akhhss.. amphuunnnn… oughhh… mmpphh..,” mata Nina kembali terpejam, tubuhnya bergetar semacam menahan birahi yang memuncak. Dari LCD handycam, Rahmat bisa menandai ciri-ciri wajah istrinya mulai dilanda gairah seksual.
Di tahap bawah Salman terus menjilati vagina Nina, Rusdi mengarahkan kameranya di bawah. Kepala Salman seakan terbenam di selangkangan Nina, saat di close-up nampak vagina Nina telah sangat basah serta cairannya terus dijilati serta dihisap Salman. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama jilatan Salman.
“Oughh.. ampphhhuuunnn… akhhsss..,” suara Nina terdengar.
“Nih suting nih.. nah lihat nih.. tante udah nggak tahan mau dientotin nih..,” kata Salman sambil jemarinya membuka bibir vagina Nina.
Handycam Rusdi mengclose-up vagina Nina yang terkuak oleh jemari Salman. Terkesan jelas dinding vagina Nina berkedut-kedut serta nampak dibaluri lendir birahinya sendiri. Salman tetap menahan vagina Nina dengan jarinya, lalu penis Salman terekam di kamera telah tegang mengacung serta mulai mendekati bibir vagina Nina.
“Eh Rud.. kau rekam yang lengkap ya.. aku entotin dulu nih tante, ntar kalau aku cabut kontolku.. kau close-up lagi memeknya ya…biar kau lihat bagaimana kalau nih tante puas.. ha ha..,” Salman menyeringai.
Salman mengambil posisi cocok di tengah kaki Nina, serta perlahan menuntut penisnya ke bibir vagina Nina.
“Amphhuunn.. tolong lepaskan saya.. jangan.. tolong jangan perbuat” Nina memelas pasrah, seolah sadar sesaat lagi ia bakal disetubuhi pria lain yang bukan suaminya.
“Nah.. begitu dong.. yang halus.. jangan marah marah kayak tadi hah..!! Ayo kini mau apa, mau dilepas?. Rud turuti tante ini, lepas ikatan kakinya Rud, cepat…,” Salman tetap pada posisi siap menindih Nina, ujung penisnya telah menyentuh bibir vagina Nina yang merekah.
“Akhhss.. jangan pak.. amphun.. jangan..,” Nina memelas sejadi-jadinya dengan suara parau saat merasakan benda hangat menempel di bibir vaginanya.
Rusdi merekam semuanya sambil melepas ikatan di kaki Nina. Dari posisi itu nampak jelas penis Salman telah menempel di bibir vagina Nina.
“Telah siap tanthee.. ouh.. telah siap kubawa ke alam nikmathhh.. ahh..,” Salman menindih tubuh Nina serta memegang kedua pipi Nina supaya wajah Nina menghadap ke wajahnya. Pinggulnya mulai ditekan membikin kepala penisnya menembus bibir vagina Nina.
“Ngghhh… amphuunnn.. jangahhnnn…tolong janganhhh… engghhhmmm… ouuhhhhggghhh… akhhhssss,” suara Nina yang memelas berubah menjadi desahan tidak tertahan saat Salman mulai memasukkan penis ke vaginanya serta mulai memompa keluar masuk.
Rahmat melihat bagaimana tubuh mulus istrinya menggelinjang setiap sentakan pinggul Salman terjadi. Nina mendesah tidak karuan ditindih tubuh Salman yang kekar. Perawakan Salman agak pendek, penisnya juga lebih singkat dari milik Rahmat. Tapi penis hitam Salman jauh lebih gemuk serta lebih tegar dari milik Rahmat. Rusdi mengclose-up tahap yang sedang intim itu. Bibir vagina Nina hingga monyong-monyong didera penis Salman. Salman menghentak pinggulnya terus cepat terus keras.
“Akhhss… ouhhh.. ahhhh… sssttt…ughhh…,” Nina terpejam sambil mendesah menahan nikmat, ia tidak sadar wajahnya yang bersemu kemerahan sebab terangsang sedang diclose-up oleh Rusdi.
Rusdi kemudian menjauh mengambil gambar lengkap. LCD handycam yang dilihat Rahmat menampakkan bagaimana kaki mulus Nina saat ini justru merangkul pinggul Salman yang terus cepat memacunya, nafasnya terdengar keras memburu. Desahan Nina juga makin keras, serta kepalanya bergerak ke kanan-kiri.
“Ougghhh… argghhh… huh… nikmat sekalih tubuhmuuhh tannteehhh… ouhhh.. aaahhhhhkkkk…ouhhh nikhhhmmaaathhhh….,” Salman mencabut penisnya serta berlutut di hadapan Nina dengan kepala menengadah serta tubuh bergetar, sesaat kemudian penisnya menyemburkan sperma hingga ke perut Nina. Salman mencapai puncaknya.
“Waduh.. abang ini belum apa-apa tuh udah ngecrot kemana-mana maninya.., sini gantian.. biar saya ambil alih memuskan si tante” Rusdi bergegas naik ranjang menggantikan posisi Salman.
Rekaman di handycam sempat goyang menampilkan gambar lantai, cermin rias, serta langit-langit kamar. Saat ini Salman yang merekam gambar, sementara Rusdi telah bugil menindih tubuh Nina. Penis Rusdi sangat kekar, panjang serta besar. Kotak-kotak kekar di perut Rusdi menggambarkan keperkasaan, ia terbukti perenang tangguh di kawasan wisata itu.
“Telahhh… amphuunnn… jangan lagihh.. amphunnnhhh…,” pinggul Nina bergerak ingin menghindari penis Rusdi yang telah mengarah ke vaginanya, tapi percuma sebab kedua tangannya tetap terbelit membikin posisinya tertahan terlentang.
“Tenang tante sayang.. kan tetap tanggung tadi.. kini saya kasih biar tante puas..,” Rusdi tiba-tiba menindih Nina, ia melumat bibir ranum Nina, meremas susunya, serta mulai menggenjot penisnya keluar masuk ke vagina wanita cantik beranak dua itu. Nina mulai mendesah, gerakan Rusdi membikin ia kembali terangsang luar biasa seusai puncak klimaksnya hampir hingga bersama Salman tadi.
Rahmat melihat dari layar LCD bagaimana istrinya mulai hilang kontrol serta tidak menyadari sedang berhubungan intim dengan lelaki lain yang memperkosanya. Nina terpejam dengan bibir terus dilumat Rusdi, malah Nina nampak membalas lumatan-lumatan Rusdi, nafas mereka sama-sama memburu bercampur desahan.
“Goyang yang keras Rud.. si tante dah mau hingga puncak tuh…,” suara Salman terdengar
Sementara gambar di close-up ke wajah Nina serta Rusdi yang berpagutan bibir. Rusdi menggocok terus kencang, kaki Nina merangkul pinggul Rusdi seolah ingin hantaman yang lebih sempurna di vaginanya. Dalam hati Rahmat bercampur beberapa macam perasaan, marah, cemburu, kecewa, juga terangsang hingga tangannya bergetar memegangi handycam itu
“Oughh… ghimmana tanntehhh… enakkhhhss…??,” Rusdi melepas pagutannya serta terus menggenjot Nina sambil mengeluarkan dialog nakal
Nampak ludah mereka saling bertaut ketika bibir mereka berpisah. Nina terus lepas kendali di saat puncak kenikmatan nyaris dirasakannya di bawah himpitan tubuh Rusdi yang kekar.
“Gimana tanthee… jawabbbhhh aghhh…,”
“Ngghhhmm ahhsss….,” Nina mendesis. Rusdi menggenjotnya lebih keras, serta terus meluncurkan pertanyaan mengejek pada Nina.
“Akhhss.. amphunnn… ahhhsss enakhhhmaaass.. sssttt..,”
“Apa tanthe??? Yang keras bilang…,”
“Ughhh… ssstnnikkhhmmmaatt… ssshhh aaahhh… ihhh…,”
“Enakh digoyanghhh… ayo bilang…,” Rusdi terus memancing Nina.
Nina menggelinjang kenikmatan dengan nafas terus berat memburu. Peluh mereka bercampur menetes. Nina bisa merasakan urat-urat penis Rusdi yang menonjol itu bergesekan dengan dinding vaginanya. Benda panjang itu demikian keras serta perkasa hingga sanggup memabukkanya dalam birahi, suatu sensasi yang belum sempat dirinya bisakan dari suaminya sekalipun.
“Apanya yang nikmat tantehh? Apanya hah? Omong yang jelas!”
“Ssttt.. ahhgg.. konthhh… tholll… assttt oughhh…,” Nina menjawab refleks di luar kendalinya.
“Yahhkk begithuu tannthee… akhhhsss… nihhhh.. ouh…memekmu juga enakhh loh” Rusdi terus liar menggenjot Nina.
Kini kaki kanan Nina diangkat ke bahunya lalu dengan posisi itu Nina kembali dihajarnya. Ia terus menyetubuhi wanita itu sambil tangan satunya meremasi payudaranya yang montok.
“Hajar terus Di!” terdengar suara Salman yang sedang mengambil gambar menyemangati kawannya.
“Tanhtee enakhh diapainnn hahh..??,” Rusdi memacu penisnya terus cepat, ia mulai merasakan kedutan dari dinding vagina Nina menandakan Nina hampir klimaks.
Salman mengclose up lagi wajah Nina yang terpejam, sementara Rusdi menggenjot Nina sambil terus bertanya nakal. Salman berusaha melepaskan ikatan tangan Nina sambil terus merekam pertempuran ranjang itu.
“Aghh.. dihennntoothhinnhh aaakhhsss… ahhh. Amphunnnn uhhh enthooottt… akhhhsss ouhhh.. sssttt enghhhmmm,”desah Nina.
“Diperkosa ini tanthee.. enakhss diperkosaaa..??,”
“Yeahhh… akhhsss eeehhhnnn…naaakkhhh.. perkohhssaa…aahhhsss…,” Nina menceracau mengukuti pertanyaan Rusdi.
Tangan Nina yang telah lepas dari ikatan bukannya mendorong tubuh Rusdi tapi justru merangkul leher Rusdi serta meremasi rambut Rusdi dari belakang. Dari LCD handycam di tangannya, Rahmat melihat istrinya telah mencapai klimaksnya, suara Nina terdengar sangat menggairahkan saat itu.
Tanpa sadar penis Rahmat mulai tegang, sungguh tidak disangka, istrinya terkesan begitu menikmati hubungan badan dengan pria pemerkosanya dibanding dengan dirinya. Sungguh suatu ironi tapi tanpa anehnya Rahmat malah terangsang menyaksikan rekaman perkosaan istrinya itu
“Ayooo.. tante.. ahhh.. ayohh…,” Rusdi juga hampir mencapai klimaks, dengan cara maksimal tenaganya dipacu menggoyang Nina.
Tubuh Nina mulai bergetar luar biasa serta kakinya semacam kejang merangkul pinggul Rusdi yang terus bergoyang di atas tubuhnya.
“Akkhsss.. ahhhh… ammphuuunnnnhhhh… ssttttt akkhhhsssss…. Mmmmphhhmmmm… emmphhhhpppp,” pertahanan Nina akhirnya bobol, tubuhnya seakan kejang, tangannya luar biasa rambut Rusdi, serta kepalanya terangkat meraih wajah pria itu. Saat klimaksnya membludak, Nina justru melumat bibir Rusdi, memeluk Rusdi kuat-kuat, melepaskan kedutan-kedutan nikmatnya.
“Akhhh… ouhh.. yeahhh.. yeahhhh… ouhhh… yeaaahhhhh…,” Rusdi melenguh kejang melepas lumatan Nina. Rusdi juga mencapai klimaksnya sambil memeluk erat tubuh Nina, mereka berpelukan erat serta saling menekan kenikmatan di vital mereka dengan cara bersamaan, lalu lemas beberapa hari kemudian.
Salman mengclose-up tahap vital itu, perlahan Rusdi mencabut penisnya. Air sperma Rusdi terhujam di dalam vagina Nina perlahan menembus keluar meleles di bibir vagina Nina. Rusdi berbaring di segi Nina, sementara Salman mengangkangkan kaki Nina serta menguak vagina Nina dengan tangan kirinya, tanga kanannya mereka close up vagina Nina. Rahmat melihat vagina Nina tetap berkedut-kedut.
Selanjutnya tampak kamera diatur sedemikian rupa jadi mengarah ke tengah ranjang, kemudian Salman nampak di layar menghampiri Nina. Saat ini kedua pria itu menggarap Nina dengan cara threesome, Rusdi duduk selonjoran sambil bersandar pada kepala ranjang dengan penisnya dikulum oleh Nina, sementara dari belakangnya Salman menyetubuhinya daalam posisi doggie. Sesekali tangan Salman menepuk pantat Nina yang semok itu.
Tiap sodokan penisnya mendorong keluar sperma Rusdi meleleh di bibir vagina wanita itu. Gambar di handycam kemudian terputus serta menampakkan Nina yang tertidur pulas di ranjang, bugil tanpa ikatan, pada bibirnya tetap berbekas cipratan sperma.
“Ya beginilah kondisi nyonya arogan yang telah kami perkosa hingga puas.. diperkosa malah kenikmatan dirinya sampe tidur ngorok ha.. ha.. ha..,” suara Salman terdengar.
“Ini dirinya film bokep made in Indonesia asli, tidak ada rekayasa dalam pembuatan film ini” suara Rusdi menimpali.
Rusdi serta Salman terus mengeksplore tubuh telanjang Nina sambil berkomentar. Dari komentar mereka Rahmat tahu kalau mereka nekad memperkosa Nina sebab Nina menyinggung perasaan mereka. Waktu hendak membenahi shower serta kamar mandi, Nina sempat melontarkan kata-kata menyuruh mereka berdua cepat berakhirkan pekerjaannya sebab Nina tidak tahan aroma badan mereka.
Tangan Rahmat luruh serta handycam hampir jatuh. Pikirannya kacau seusai melihat rekaman pemerkosaan terhadapa istrinya itu. Bukankah Nina akhirnya menikmati juga?, bagaimana mungkin ini dilaporkan ke polisi?, bakal lebih menjadi aib apabila nantinya dua pelakunya membeberkan ini suka sama suka. Rahmat berteriak sejadi-jadinya, lalu kembali ke kamar hotel. Seusai memastikan anak-anak telah tidur lelap, ia menggauli Nina dengan cara brutal membayangkan memperkosa istrinya sendiri. Baca juga cerita seks bergambar yang tidak kalah seru dengan judul ” Cerita Sex ML Dengan ABG Perawan IGO Cantik Sungguh Nikmat “. End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.