Malam Minggu Diajak Ngentot Sama Biduan Dangdut
Kisah ini bercerita mengenai pengalaman ku dengan Erna yang adalah seorang biduan dangdut, Sebenernya musik dangdut bukan seleraku. Bagiku yang berasal dari keluarga berada, dangdut kuanggap sebagai hiburan kelas rendah. Tetapi tidak kusangka aku dapat memiliki petualangan tidak terlupakan dengan seorang penyanyi dangdut. Inilah ceritaku dengan Erna , seorang penyanyi dangdut yang montok.
Kenalkan namaku Bobby. aku telah tinggal dan bekerja di Australia selagi 15 tahun. Pada bulan Agustus ini, kebetulan aku sedang liburan pulang ke tanah air selagi sebulan. aku berencana untuk membuka peluang bisnis di Indonesia. Maka di peluang liburan ini aku berkunjung ke kediaman paman ku yang ada dipinggiran kota Bogor. Untung saja paman ku ini lumayan kaya, dan beliau memiliki tidak sedikit kediaman, lahan dan bisnis di daerah ini.
Akhirnya aku tinggal tidak lebih lebih selagi seminggu ditempat ini. aku tinggal di salah satu kediaman kontrakan milik paman ku yang terbukti kebetulan sedang kosong. Dirinya pun memberbagi aku seorang pesuruh perempuan yang tetap muda bernama Nurul untuk menolong mengurus kediaman dan memeliharaku. Pasti saja aku juga memiliki cerita dewasa juga dengan Nurul yang bakal aku ceritakan dilain peluang.
Aku tiba di tempat ini pada hari sabtu pagi. Seusai aku berakhir merapihkan barang-barang dari koper, aku berangkat kekediaman paman ku untuk beramah tamah. Disaat aku masuk ke kediaman nya yang lumayan besar, aku menonton telah ada berbagai orang di ruang tamu. Dan paman ku pun membahas bahwa malam nanti, bakal ada pentas dangdut untuk para warga di daerah sini.
Terbukti paman ku ini adalah businessman yang sangat berhasil, tapi juga ramah dan rutin memperhatikan para pekerja nya. Beliau juga tidak jarang mengadakan hiburan sebagai kontribusi kembali dirinya terhadap para warga. Tidak heran semua orang disini benar-benar hormat dan ramah terhadap keluarga kita.
Akhirnya aku pun diperkenalkan terhadap seorang lelaki setengah baya yang bernama bapak Udin. Nyatanya bapak Udin ini adalah pemimpin kelompok dangdut yang bakal berpentas malam hari nanti. Kami bertiga bercakap-cakap sejenak di ruang tamu. Tidak lama kemudian, bapak Udin terbuktigil berbagai orang dari luar kediaman. Dan masuklah empat orang perempuan muda kedalam kediaman paman aku.
Mereka pun diperkenalkan sebagai para penyanyi yang bakal berpentas nanti. Satu persatu aku menyalami mereka yang bernama Norma, Erna , Ratna dan Ririn. Jujur saja, jenis semacam mereka bukanlah jenis yang biasa aku suka, jadi aku pun tidak memiliki pikiran apa-apa. Tetapi ada salah satu dari mereka yang lumayan hebat perhatian aku.
Erna umurnya 19 tahun dan memiliki tinggi kurang lebih 160cm. Rambut nya hitam, lurus panjang dan dirinya memiliki wajah yang biasa saja. Tetapi yang paling hebat perhatianku adalah badannya yang sangat montok. Pinggulnya ramping, tapi aku dapat menonton lekukan dada dan pantatnya yang menonjol besar dan kencang dibalik bajunya yang ketat itu. aku sempat memperhatikan badannya untuk berbagai saat. Bapak Udin pun tersenyum terhadap aku. Tidak lama, mereka pun keluar dari kediaman dan kami kembali berbincang-bincang lagi untuk mengulas rencana pentas kelak dengan paman aku.
Berakhir nya makan malam, kira-kira jam 8, aku pun mulai berlangsung ke tempat agenda dangdut ini bakal berpentas. Terbukti sebetulnya dangdut itu bukanlah selera aku, tetapi apa boleh buat aku juga tidak ada kerjaan di tempat ini. Sesampainya disana, aku pun dipersilahkan duduk ke meja paling dekat dengan panggung, dimana paman aku dan bapak Udin telah menantikan.
Para warga telah memenuhi daerah penonton, dan tidak lama pun agenda dimulai. Lagu dangdut mulai bermain, para penonton telah mulai berjoget ria. Norma, Erna , Ratna dan Ririn pun sibuk bergoyang dan bernyanyi diatas panggung itu. Mereka berempat bergoyang bersama dengan seksinya di atas sana, dengan pakaian yang sungguh menggoda iman.
Beda dengan disaat aku berjumpa mereka siang tadi, sekarang mereka telah menggunakan make up yang menor ala penyanyi dangdut, dan menggunakan pakaian yang semacam ketidak lebihan bahan. Mataku pun kembali terpaku terhadap Erna .
Hari ini aku benar-benar dapat menonton sungguh kemontokan badannya yang sangat indah. Dirinya menggunakan dress ketat bewarna merah yang memamerkan lengannya. Roknya juga sangat pendek, hampir tidak sanggup menutupi pantatnya yang bulat itu. Muncullah pikiran-pikiran di kepalaku membayangkan keelokan badan Erna ini.
Para penyanyi pun bergilir pentas sendiri-sendiri, dan disaat giliran Erna , aku tidak melepaskan pandangan aku sedetik pun dari dia. Gerakan jogetnya yang sungguh seksi,dia memamerkan badannya yang gemulai.
Dirinya pun sempat bergaya mengangkangkan kaki dan bergerak maju mundur, yang membikin para pemuda disana berteriak-teriak. Berbagai kali aku meringkus pandangan Erna yang melirik terhadap aku. akupun memberbagi senyuman balik kepadanya dan bahkan memberanikan diri mengedipkan mata. Bapak Udin pun tertawa menonton kelakuan aku. Berbagai jam kemudian, acarapun berakhir dan para warga tampak sangat puas dengan hiburan malam ini. Bapak Udin datang menghampiri aku dan beramah tamah. aku memuji dirinya dan grup nya yang telah berpentas tadi. Dirinya tiba-tiba berbisik kepadaku,
“Mas Bobby, semacamnya ada yang mas suka yah dari tadi?” aku pun tertawa mendengar itu dan menjawab sambil bergurau,
“Bapak Udin tau saja.” Kami berdua tertawa dan aku mengaku bahwa aku terbukti berminat dengan Erna . Dengan aku tidak duga diapun menjawab,
“Ya telah tenang saja mas Bobby, aku pastiin kelak malam mas nggak bakal kesepian.” aku tersenyum dan mengerti maksud nya.
Seusai negosiasi harga, aku pun memberbagi uang 300 ribu terhadap bapak Udin. Terjangkau sekali untuk selimut nasib semalaman, pikirku. Biasa di Australia, selimut yang jelek saja paling sedikit dapat 3 juta rupiah. Nyatanya terbukti benar gosip-gosip yang beredar, para penyanyi dangdut semacam ini terbukti tidak sedikit bispak atau dapat digunakan.
Kurang lebih pukul 11 malam, aku mendengar suara bel kediaman berbunyi. aku berlangsung kedepan untuk membukakan pintu sebab pesuruh terbukti sengaja aku suruh tidur duluan. Nyatanya Erna telah menantikan didepan kediaman, tetap lengkap dengan pakaian pentas dan make up tebalnya.

Dirinya tersenyum-senyum kecil saat menonton aku membukakan pintu. aku menyuruh dirinya masuk dan kami pun duduk berdua di sofa ruang tamu. Dirinya duduk merapat disebelah aku sambil melipatkan kakinya. Rok nya yang mini pun tersingkap dan memamerkan pahanya yang putih dan mulus. Dari sebelahnya aku dapat menonton belahan dadanya dengan jelas dari dress merah ketatnya yang memiliki belahan lumayan rendah.
“Kata pak Udin tadi katanya mas Bobby mau minta ditemenin yah?” dirinya bertanya dengan wajah yang sengaja dipasang imut.
“Iya nih, habis aku lumayan kesepian disini,Kenapa Erna ?”
“Emangnya mas Bobby mau yah ditemenin Erna ?”
“Ya iya dong, masa aku gak mau ditemenin wanita imut dan seksi kaya gini.”
Dia tertawa dan mencubit aku. Kami pun mulai ngobrol dan bercanda ria, dan aku beranikan diri memegang dan mengusap pahanya yang mulus itu. Nyatanya dirinya tidak keberatan, dan malah terus merapatkan diri kebadan aku.
Aku sibak rambut Erna dari lehernya, dan langsung kuserbu dirinya dengan ciuman dilehernya yang putih dan jenjang itu. Desahan kecil mulai keluar dari mulut Erna . Tanganku mulai aku naikan dari pahanya, melalui perutnya dan naik ke gundukan dada montoknya yang tetap terbungkus baju. aku remas-remas dadanya dari luar dress Erna . Badannya mulai meliuk kegelian dan desahan nya pun terus membesar.
Tangan Erna mulai meraba pahaku dan akhirnya menemukan kemaluanku yang telah menonjol keras dari dalam celana. Erna meremas dan mengocok gagangku dari luar celana singkat yang aku pakai. Lidahku bergerak keatas menjilati lehernya hingga aku menemukan bibirnya yang tebal itu. Erna pun menyambut ciumanku dengan liar. Lidahnya didorong masuk kedalam mulutku dan tidak mau kalah aku balas juga dirinya dengan lidahku.
Tanganku menurunkan tali lengan dress yang dirinya pakai itu hingga turun kebawah. aku sekarang dapat lihat BH tipis bewarna merah dengan ronda yang kelihatan sulit payah menampung buah dada Erna yang sungguh montok itu. Dengan tidak sabar langsung aku copot BH yang digunakannya, dan terkesan jelas lah dua gunung besar milik Erna . Ukurannya mungkin tidak lebih lebih 36C, dan putingnya hitam lumayan besar sesuai ukuran payudaranya.
Kedua tanganku langsung bermain-main di payudara Erna . aku pijat dan remas kedua gunung kembar ini yang sangat membangkitkan nafsu. Tidak lupa juga aku mainkan putingnya yang telah tegang itu. Erna mendesah.
“Ohhhh mas… Isep susu Erna dong mas…” Pasti saja aku tidak butuh dua kali disuruh, langsung aku serbu kedua payudara Erna yang montok ini dengan mulutku. aku hisap putingnya, kumainkan juga dengan lidahku, bahkan dengan gigitan-gigitan kecil yang membikin badan Erna terus menggelinjang keenakan. Erna menekan kepalaku ke dadanya.
“Ahhh… Enak banget masss…” Ada kira-kira 5 menit mulutku bergerilya didadanya Erna . Hingga akhirnya Erna pun menghentikan aksi ku dan berbisik
“Mas Bobby, gantian yah biar Erna yang bikin mas Bobby enak.” aku pun tersenyum mendengar itu.
Erna bangun dari sofa dan berlutut diantara kedua kakiku. Pelan-pelan dirinya buka celanaku dan juga dipelorotinya celana dalamku. ‘Adik’ku pun mencuat tegak di depan mukanya. Sesaat aku dapat menonton raut mukanya yang nampak kaget disaat menonton kemaluanku ini.
“Wah… Gagang mas Bobby kok gede banget yah? Erna gak sempat lihat yang kaya gini.” aku tersenyum kecil. Terbukti ukuran kemaluanku lumayan besar dan tebal dibandingkan pria lain pada umumnya. Kira-kira setara dengan ukuran para aktor bule di yang aku lihat.
Tangan Erna mulai mengocok gagangku yang telah sangat keras ini, sambil matanya tetap takjub menonton kemaluanku. Akhirnya aku dapat merasakan lidah Erna yang semacam kelaparan menjilati gagangku. Mulai dari ujung atas, samping, hingga biji pelerku dibawah, semua habis disapu lidahnya.
“Uhhh… Erna …” aku mendesah, “Isepin kemaluanku dong…” aku minta terhadap Erna .
Langsung tanpa ragu, dimasukannya ujung kepala kemaluanku kedalam mulutnya. aku dapat merasakan lidahnya bermain di dalam mulut, membikin ujung kemaluanku kegelian. Dan pelan-pelan akhirnya dirinya terus turun, mencoba untuk memasuki semua kemaluanku kedalam mulutnya. Tetapi apa daya, mulut Erna hanya sanggup menerima sebagian dari gagangku yang besar itu. Tapi terbukti mungkin Erna telah profesional, dirinya mulai memompa mulutnya naik turun, sambil mengocok sisa gagangku yang tidak muat masuk dengan tangannya.
Sungguh aku dibangun keenakan, apalagi saat aku menonton sang penyanyi dangdut ini ada diantara kakiku, berlutut dan mengenyoti kemaluan aku sekarang. Mukanya yang penuh make up itu naik turun, bibirnya erat menghisap gagangku.
Tiba-tiba dari pinggir mataku, aku menonton suatu gerakan. Disaat aku melirik ke pinggir ruangan, aku dapat menonton pintu kamar pesuruh terbuka sedikit. Semacamnya Nurul mau keluar untuk ke toilet, tapi tidak jadi sebab mungkin kaget dan takut menonton aku dan Erna disini. aku pun tersenyum sebab aku dapat menonton dirinya tetap mengintip dari balik sela pintu. aku pun berpura-pura tidak tahu dan cuek sengaja membiarkan Nurul untuk menonton aksiku dengan Erna malam ini.
Seusai berbagai lama Erna terus menghisap kemaluanku, aku mulai dapat merasakan kemaluanku berdenyut telah siap untuk keluar. aku langsung pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan menggerakkan kepalanya terus cepat naik turun kemaluanku. Semacamnya dirinya pun mengerti dan melepaskan genggaman tanganya dari kemaluanku, hingga aku terus gampang memompa Erna .
Hingga akhirnya aku pun menekan dirinya kebawah sambil memasukan kemaluanku sedalam-dalamnya kedalam mulut Erna dan mengeluarkan spermaku didalam mulut Erna yang imut itu. aku semprot berkali-kali didalam mulutnya.
Tak lama, Erna pun mulai bangkit mengeluarkan kemaluanku dari dalam mulutnya dan menelan habis semua spermaku itu. Erna berdiri di depanku sambil tersenyum,
Wah mas Bobby ini, telah keluar tidak sedikit di mulut Erna tapi tetap tetap aja keras yah.” katanya sambil menunjuk gagangku yang terbukti tetap berdiri tegak. Maklum, aku telah biasa bermain ronde lebih dari sekali dengan para wanita.
Tanpa disuruh lagi, Erna langsung melepaskan celana dalamnya hingga jatuh ke lantai. Dirinya mau melepaskan semua bajunya, tapi aku tepis tangannya, aku hanya angkat roknya jadi dress Erna terlilit dipinggangnya. Biar lebih erotis pikirku. Tanpa basa-basi, Erna naik ke pahaku. Tangannya memegang kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluan nya. Erna berbisik.
“Aku masukin yah mas… Udah gak tahan nih.” aku pun mengangguk dan membiarkan badan Erna turun/ Kepala kemaluanku telah menemui memek Erna yang sangat basah. Pelan-pelan Erna menekan badannya kebawah. aku dapat merasakan sempitnya memek Erna yang mulai menyelimuti kemaluanku. Erna melirih.
“Aduh mas Bobby, gede banget ini… Pelan-pelan yah, Erna gak tau dapat muat apa nggak…” aku biarkan saja Erna mengambil waktu sesukanya.
Sampai akhirnya “bless…” masuk juga semua kemaluanku kedalam memek Erna . Dirinya diam sebentar sambil meringis, aku dapat merasakan kehangatan hebat di kemaluanku ini. Erna pelan-pelan mulai menggerakan badannya naik turun. Dirinya tetap meringis untuk berbagai pompaan pertama ini.
“Gila mas, kemaluan mas Bobby gede banget… Erna berasa penuh dimasukin punya mas.” Tidak berapa lama semacamnya Erna telah mulai terbiasa. Gerakannya terus dipercepat naik turun. Selain itu, Erna pun mulai memainkan pinggulnya berputar d pangkuanku. Sungguh hebat terbukti penyanyi dangdut satu ini pikirku. Sensasinya sangat nikmat, belum sempat kemaluanku dimainkan semacam ini, mengingatkanku bakal gerakan adegan di film jepang.
Aku pegang payudara Erna yang bergerak naik turun dan langsung aku hisap kedua putingnya. Erna pun mendesah terus keras diiringi dengan gerakan pinggulnya yang terus liar. Badan Erna terus bergerak naik turun terus cepat, sambil aku mainkan kedua buah dadanya yang montok itu. Hingga akhirnya badan Erna pun bergetar kencang dan berteriak.
“Ahhh mas, aku keluar masss…” aku dapat merasakan banjir kehangatan di dalam memeknya.
Orgasme pertama Erna . Dirinya bertumpu lemas di badanku mesikipun kemaluanku ini tetap terbenam didalam kemaluan Erna . Pasti saja aku tetap belum puas, dan langsung aku balikkan badannya ke sofa. Aaku rebahi dirinya ke sofa sambil kubuka kakinya lebar-lebar.
Tanpa diberi aba-aba, langsung aku tancap lagi memek Erna dan kupompa badannya yang lemas itu. aku dapat menonton muka Erna yang kaget dicampur keenakkan,
“Ahhh mas Bobby, pelan-pelan dong mas.” pinta Erna . Tapi aku tidak menggubris dan justru gairah terus meningkat. Langsung aku naikkan tempoku, badanku bergerak terus cepat diatas badan sang penyanyi dangdut montok ini. Erna berusaha mencengkram sofa menerima tusukkan ku, sambil berdesah kencang dan matanya juga merem melek.
“Ohhhh… Terus… Genjot terus mas, jangan stop. Aahhh…”
Terus menggilalah aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Erna itu. Dirinya lilitkan kakinya ke pinggangku, badannya mulai basah berkeringat.
“Masss, Erna mau keluar lagi nih…” aku percepat gerakan pinggangku hingga akhirnya dirinya pun hebat pinggangku dengan kakinya dan kembali bergetar.
“Ohhhh… Mas Bobby… aku keluar lagiii…” Tubuh Erna langsung terbaring lemas di sofa seusai orgasme keduanya ini.
Aku cabut kemaluanku yang tetap keras ini dan telah basah dengan lendiran Erna . aku tetap belum puas, gairahku tetap belum terpenuhi. aku ambil badan Erna , dan aku balikkan dirinya jadi pantatnya mencuat dihadapanku. Erna yang nafasnya tetap memburu menoleh kebelakang dengan tatapan sayu dan pasrah. Oh sungguh indah pantat semok si penyanyi dangdut yang seksi ini.
Langsung aku tancapkan gagang kerasku kedalam memek basah Erna lagi. Dengan nafsuku yang sangat membara, aku cengkeram pantat bulat Erna . Dengan setiap sodokanku, tubuh Erna terombang-ambing diatas sofa.
Ssshhh… Ahhh… Enak banget massss…Kemaluan mas Bobby gede banget!” teriak Erna lagi. Kira-kira 10 menit kami di posisi ini, akhirnya aku pun mulai merasakan sensai hebat di penisku. aku mengatakan kepadanya,
“Erna aaa… aku mau keluar nih…” Erna membalas,
“Iya mas… Ohh… Erna juga mau keluar lagi…” Erna terus liar menggoyangkan pantatnya. Hingga akhirnya aku pun menancapkan kemaluanku sedalam-dalamnya di memek Erna , dan aku semburkan spermaku. Hampir dalam waktu bersamaan, Erna pun menggelinjang lagi menandakan dirinya orgasme yang ketiga kalinya.
Kedua badan kami tergulai lemas diatas sofa ini. Erna perlahan-lahan merapatkan badannya kepadaku. Kami berdua pun tertidur lelap hingga pagi dalam keadaan telanjang. Di pagi keesokan harinya, kami melanjutkan adegan kami lagi dikamar mandi sambil membersihkan diri bersama. Akhirnya Erna berpamitan diri denganku untuk pulang bersama grup dangdutnya. Sungguh puas aku menikmati tubuh Erna , sang penyanyi dangdut yang montok ini. TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.